Intip 7 Hal Penting tentang Kata Kerja Pasif yang Bikin Kamu Penasaran

maulida


kata kerja pasif

Kata kerja pasif adalah bentuk kata kerja yang menunjukkan bahwa subjek kalimat menerima tindakan dari pihak lain. Dalam bahasa Indonesia, kata kerja pasif dibentuk dengan menambahkan akhiran -di-, -diper-, atau -ter- pada kata kerja aktif.
Contoh:
– Aktif: Andi membaca buku.
– Pasif: Buku dibaca oleh Andi.

Kata kerja pasif memiliki beberapa fungsi, antara lain:
– Menekankan objek yang dikenai tindakan.
– Menghilangkan pelaku tindakan jika tidak diketahui atau tidak penting.
– Menunjukkan bahwa tindakan dilakukan secara tidak sengaja atau di luar kendali subjek.

Cari Susu di Etawaku Official Shopee : https://s.shopee.co.id/1LLbrDgkZr

Kata kerja pasif juga memiliki beberapa kelebihan, yaitu:
– Membuat kalimat lebih formal dan sopan.
– Menghindari penggunaan kata ganti orang pertama (aku, saya, kami) yang dapat menimbulkan kesan sombong.
– Memudahkan penulisan dalam bahasa formal, seperti karya ilmiah dan laporan.

Dalam sejarah perkembangan bahasa Indonesia, penggunaan kata kerja pasif telah mengalami perubahan. Pada awalnya, kata kerja pasif hanya digunakan dalam situasi formal dan resmi. Namun, seiring berjalannya waktu, penggunaan kata kerja pasif menjadi lebih umum dan meluas ke berbagai situasi.

Dalam artikel ini, kita akan membahas lebih lanjut tentang jenis-jenis kata kerja pasif, pembentukannya, dan penggunaannya dalam kalimat. Kita juga akan mengeksplorasi peran kata kerja pasif dalam wacana bahasa Indonesia dan perkembangannya sepanjang sejarah.

Kata Kerja Pasif

Kata kerja pasif merupakan aspek penting dalam bahasa Indonesia yang memiliki peran krusial dalam pembentukan kalimat dan penyampaian makna.

  • Bentuk
  • Fungsi
  • Jenis
  • Pembentukan
  • Penggunaan
  • Sejarah
  • Relevansi

Bentuk kata kerja pasif dibentuk dengan menambahkan imbuhan -di-, -diper-, atau -ter- pada kata kerja aktif. Kata kerja pasif berfungsi untuk menunjukkan bahwa subjek kalimat menerima tindakan dari pihak lain. Terdapat beberapa jenis kata kerja pasif, yaitu pasif transitif, pasif refleksif, dan pasif inversi. Pembentukan kata kerja pasif harus memperhatikan jenis kata kerja aktif dan imbuhan yang tepat. Penggunaan kata kerja pasif sangat luas, baik dalam bahasa lisan maupun tulisan. Dalam sejarah perkembangan bahasa Indonesia, penggunaan kata kerja pasif telah mengalami perubahan dan perkembangan. Kata kerja pasif memiliki relevansi yang tinggi dalam wacana bahasa Indonesia karena dapat membuat kalimat lebih formal, sopan, dan efektif.

Bentuk

Bentuk kata kerja pasif merupakan aspek mendasar yang perlu dipahami untuk menggunakannya dengan tepat. Bentuk kata kerja pasif dibentuk dengan menambahkan imbuhan -di-, -diper-, atau -ter- pada kata kerja aktif. Pemilihan imbuhan yang tepat bergantung pada jenis kata kerja aktif dan makna yang ingin disampaikan.

Imbuhan -di- digunakan untuk membentuk kata kerja pasif dari kata kerja aktif transitif, yaitu kata kerja yang membutuhkan objek. Contoh:
– Aktif: Andi membaca buku.
– Pasif: Buku dibaca oleh Andi.

Imbuhan -diper- digunakan untuk membentuk kata kerja pasif dari kata kerja aktif yang menyatakan perbuatan yang dilakukan secara sungguh-sungguh atau dengan usaha yang lebih. Contoh:
– Aktif: Ibu memasak nasi.
– Pasif: Nasi dipermasak oleh Ibu.

Imbuhan -ter- digunakan untuk membentuk kata kerja pasif dari kata kerja aktif intransitif, yaitu kata kerja yang tidak memerlukan objek. Contoh:
– Aktif: Pintu terbuka.
– Pasif: Pintu terbuka.

Dengan memahami bentuk kata kerja pasif, kita dapat membentuk kalimat pasif dengan benar dan sesuai dengan konteks penggunaannya.

Fungsi

Fungsi kata kerja pasif sangat penting dalam bahasa Indonesia karena memiliki peran krusial dalam pembentukan kalimat dan penyampaian makna. Kata kerja pasif berfungsi untuk menunjukkan bahwa subjek kalimat menerima tindakan dari pihak lain. Dengan menggunakan kata kerja pasif, kita dapat menekankan objek yang dikenai tindakan, menghilangkan pelaku tindakan jika tidak diketahui atau tidak penting, serta menunjukkan bahwa tindakan dilakukan secara tidak sengaja atau di luar kendali subjek.

Sebagai contoh, kalimat “Buku dibaca oleh Andi” menunjukkan bahwa objek “buku” menerima tindakan “dibaca” dari subjek “Andi”. Kita juga dapat menggunakan kata kerja pasif untuk menghilangkan pelaku tindakan, seperti dalam kalimat “Pintu terbuka” yang menunjukkan bahwa tindakan “terbuka” terjadi tanpa ada pelaku yang disebutkan. Selain itu, kata kerja pasif dapat digunakan untuk menunjukkan bahwa tindakan dilakukan secara tidak sengaja atau di luar kendali subjek, seperti dalam kalimat “Vas bunga pecah” yang menunjukkan bahwa tindakan “pecah” terjadi secara tidak sengaja.

Memahami fungsi kata kerja pasif sangat penting untuk menggunakannya dengan tepat dalam kalimat. Dengan memahami fungsi kata kerja pasif, kita dapat menyampaikan makna secara jelas, efektif, dan sesuai dengan konteks penggunaannya.

Jenis

Dalam bahasa Indonesia, kata kerja pasif memiliki beberapa jenis, antara lain:

  • Pasif Transitif

    Kata kerja pasif transitif adalah kata kerja pasif yang memiliki objek yang jelas. Objek tersebut merupakan pihak yang menerima tindakan dari subjek. Contoh: “Buku dibaca oleh Andi.” Pada kalimat ini, “buku” merupakan objek yang menerima tindakan “dibaca” dari subjek “Andi”.

  • Pasif Refleksif

    Kata kerja pasif refleksif adalah kata kerja pasif yang subjeknya melakukan tindakan kepada dirinya sendiri. Ciri-ciri kata kerja pasif refleksif adalah adanya kata ganti diri “sendiri” atau kata ganti kepemilikan “nya” pada subjek. Contoh: “Andi melukai dirinya sendiri.” Pada kalimat ini, “Andi” merupakan subjek yang melakukan tindakan “melukai” kepada dirinya sendiri.

  • Pasif Inversi

    Kata kerja pasif inversi adalah kata kerja pasif yang subjeknya tidak disebutkan atau tidak ada. Ciri-ciri kata kerja pasif inversi adalah tidak adanya subjek pada kalimat. Contoh: “Pintu terbuka.” Pada kalimat ini, subjek tidak disebutkan sehingga tidak diketahui siapa yang membuka pintu.

Memahami jenis-jenis kata kerja pasif sangat penting untuk menggunakannya dengan tepat dalam kalimat. Dengan memahami jenis-jenis kata kerja pasif, kita dapat menyampaikan makna secara jelas, efektif, dan sesuai dengan konteks penggunaannya.

Pembentukan

Pembentukan kata kerja pasif merupakan aspek penting dalam memahami dan menggunakan kata kerja pasif dalam bahasa Indonesia. Pembentukan kata kerja pasif melibatkan penambahan imbuhan tertentu pada kata kerja aktif, disesuaikan dengan jenis kata kerja aktif dan makna yang ingin disampaikan.

  • Imbuhan -di-

    Imbuhan -di- digunakan untuk membentuk kata kerja pasif dari kata kerja aktif transitif, yaitu kata kerja yang membutuhkan objek. Contoh: “baca” menjadi “dibaca”, “tulis” menjadi “ditulis”, “makan” menjadi “dimakan”.

  • Imbuhan -diper-

    Imbuhan -diper- digunakan untuk membentuk kata kerja pasif dari kata kerja aktif yang menyatakan perbuatan yang dilakukan secara sungguh-sungguh atau dengan usaha yang lebih. Contoh: “masak” menjadi “dimasak”, “kerja” menjadi “dikerjakan”, “belajar” menjadi “dipelajari”.

  • Imbuhan -ter-

    Imbuhan -ter- digunakan untuk membentuk kata kerja pasif dari kata kerja aktif intransitif, yaitu kata kerja yang tidak membutuhkan objek. Contoh: “buka” menjadi “terbuka”, “tutup” menjadi “tertutup”, “jatuh” menjadi “terjatuh”.

Memahami pembentukan kata kerja pasif sangat penting untuk dapat membentuk kata kerja pasif dengan benar dan sesuai dengan konteks penggunaannya. Dengan memahami pembentukan kata kerja pasif, kita dapat menggunakan kata kerja pasif secara efektif dan tepat dalam kalimat.

Penggunaan

Penggunaan kata kerja pasif dalam bahasa Indonesia sangat luas, baik dalam bahasa lisan maupun tulisan. Kata kerja pasif dapat digunakan dalam berbagai konteks dan untuk menyampaikan makna yang berbeda-beda. Berikut adalah beberapa aspek penting mengenai penggunaan kata kerja pasif:

  • Menekankan Objek yang Menerima Tindakan

    Salah satu fungsi utama kata kerja pasif adalah untuk menekankan objek yang menerima tindakan. Dengan menggunakan kata kerja pasif, kita dapat mengarahkan perhatian pembaca atau pendengar pada objek yang dikenai tindakan tersebut. Contoh: “Buku itu dibaca oleh Andi” (menekankan objek “buku”).

  • Menghilangkan Pelaku Tindakan yang Tidak Diketahui atau Tidak Penting

    Kata kerja pasif juga dapat digunakan untuk menghilangkan pelaku tindakan jika tidak diketahui atau tidak penting. Hal ini sering terjadi dalam berita atau laporan, di mana fokus utama adalah pada tindakan itu sendiri, bukan pada siapa yang melakukannya. Contoh: “Rumah itu dibakar” (pelaku tindakan tidak disebutkan).

  • Menunjukkan Tindakan yang Dilakukan Secara Tidak Sengaja atau di Luar Kendali Subjek

    Kata kerja pasif juga dapat digunakan untuk menunjukkan bahwa tindakan dilakukan secara tidak sengaja atau di luar kendali subjek. Hal ini sering digunakan dalam situasi yang tidak disengaja atau tidak terduga. Contoh: “Vas bunga itu terjatuh” (tindakan “jatuh” terjadi secara tidak sengaja).

  • Membuat Kalimat Lebih Formal dan Sopan

    Dalam bahasa Indonesia, kata kerja pasif umumnya dianggap lebih formal dan sopan daripada kata kerja aktif. Hal ini karena kata kerja pasif menghindari penggunaan kata ganti orang pertama (aku, saya, kami) yang dapat menimbulkan kesan sombong atau tidak sopan. Contoh: “Saya menulis surat ini” (aktif) menjadi “Surat ini ditulis oleh saya” (pasif).

Dengan memahami penggunaan kata kerja pasif dengan tepat, kita dapat menyampaikan makna secara jelas, efektif, dan sesuai dengan konteks penggunaannya.

Sejarah

Sejarah memiliki kaitan erat dengan penggunaan kata kerja pasif dalam bahasa Indonesia. Pada masa lampau, penggunaan kata kerja pasif sangat terbatas dan hanya digunakan dalam situasi formal dan resmi. Hal ini karena pada masa itu, bahasa Indonesia masih sangat dipengaruhi oleh bahasa Sanskerta dan Jawa Kuno, yang memiliki struktur kalimat yang lebih kompleks dan cenderung menggunakan kata kerja aktif.

Namun, seiring berjalannya waktu, penggunaan kata kerja pasif mulai berkembang dan meluas. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain pengaruh bahasa Melayu dan bahasa Eropa yang lebih banyak menggunakan kata kerja pasif, serta kebutuhan untuk membuat bahasa Indonesia lebih mudah dipahami dan digunakan dalam berbagai situasi. Pada masa modern, kata kerja pasif telah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari bahasa Indonesia dan digunakan secara luas dalam berbagai konteks, baik formal maupun informal.

Memahami sejarah penggunaan kata kerja pasif sangat penting karena dapat memberikan kita wawasan tentang bagaimana bahasa Indonesia berkembang dan berubah sepanjang waktu. Selain itu, memahami sejarah penggunaan kata kerja pasif juga dapat membantu kita menggunakan kata kerja pasif dengan lebih tepat dan efektif dalam penulisan dan komunikasi.

Relevansi

Kata kerja pasif merupakan aspek penting dalam bahasa Indonesia yang memiliki relevansi tinggi dalam berbagai aspek kehidupan. Relevansi kata kerja pasif tidak hanya terbatas pada penggunaan dalam penulisan dan komunikasi formal, tetapi juga dalam kehidupan sehari-hari.

  • Efektivitas Komunikasi

    Kata kerja pasif dapat membuat komunikasi lebih efektif dengan menekankan objek yang dikenai tindakan, menghilangkan pelaku tindakan yang tidak penting, atau menunjukkan tindakan yang dilakukan secara tidak sengaja. Misalnya, dalam kalimat “Pintu dibuka oleh Andi”, kata kerja pasif “dibuka” lebih efektif dalam menyampaikan informasi bahwa pintu yang menjadi fokus utama, bukan Andi yang melakukan tindakan membuka pintu.

  • Kesopanan dan Formalitas

    Kata kerja pasif umumnya dianggap lebih sopan dan formal daripada kata kerja aktif. Hal ini karena kata kerja pasif menghindari penggunaan kata ganti orang pertama (aku, saya, kami) yang dapat menimbulkan kesan sombong atau tidak sopan. Misalnya, dalam konteks penulisan surat resmi, kata kerja pasif lebih banyak digunakan untuk menjaga kesopanan dan formalitas bahasa.

  • Kejelasan dan Objektivitas

    Kata kerja pasif dapat meningkatkan kejelasan dan objektivitas dalam penyampaian informasi. Dengan menghilangkan pelaku tindakan, kata kerja pasif dapat menghindari bias atau subjektivitas yang mungkin muncul jika pelaku tindakan disebutkan secara eksplisit. Misalnya, dalam kalimat “Mobil itu terbakar”, kata kerja pasif “terbakar” lebih objektif dalam menyampaikan informasi tanpa menyebutkan siapa yang membakar mobil tersebut.

  • Penyesuaian dengan Berbagai Konteks

    Kata kerja pasif dapat digunakan dalam berbagai konteks, baik formal maupun informal. Fleksibilitas ini memungkinkan kata kerja pasif digunakan dalam berbagai jenis teks, mulai dari berita dan laporan resmi hingga percakapan sehari-hari. Misalnya, dalam percakapan sehari-hari, kata kerja pasif dapat digunakan untuk menghindari pengulangan subjek yang sama, seperti dalam kalimat “Rumah itu sudah dibersihkan dan dicat”.

Relevansi kata kerja pasif dalam bahasa Indonesia sangatlah luas dan tidak dapat diabaikan. Penguasaan penggunaan kata kerja pasif sangat penting untuk berkomunikasi secara efektif, sopan, jelas, objektif, dan sesuai dengan berbagai konteks yang dihadapi.


Pertanyaan Umum tentang Kata Kerja Pasif

Bagian ini akan menyajikan beberapa pertanyaan umum yang sering muncul terkait kata kerja pasif dan membahasnya secara singkat.

Pertanyaan 1: Apa saja fungsi kata kerja pasif?

Kata kerja pasif memiliki beberapa fungsi, antara lain menekankan objek yang dikenai tindakan, menghilangkan pelaku tindakan jika tidak diketahui atau tidak penting, serta menunjukkan bahwa tindakan dilakukan secara tidak sengaja atau di luar kendali subjek.

Pertanyaan 2: Bagaimana cara membentuk kata kerja pasif?

Pembentukan kata kerja pasif dilakukan dengan menambahkan imbuhan -di-, -diper-, atau -ter- pada kata kerja aktif, disesuaikan dengan jenis kata kerja aktif dan makna yang ingin disampaikan.

Pertanyaan 3: Kapan sebaiknya menggunakan kata kerja pasif?

Kata kerja pasif sebaiknya digunakan ketika ingin menekankan objek, menghilangkan pelaku tindakan yang tidak penting, menunjukkan tindakan yang tidak disengaja, atau membuat kalimat lebih formal dan sopan.

Pertanyaan 4: Apa perbedaan antara kata kerja pasif dan kata kerja aktif?

Kata kerja pasif menunjukkan bahwa subjek kalimat menerima tindakan dari pihak lain, sedangkan kata kerja aktif menunjukkan bahwa subjek kalimat melakukan tindakan.

Dengan memahami pertanyaan umum dan jawabannya ini, diharapkan dapat memberikan pemahaman yang lebih komprehensif tentang kata kerja pasif dan penggunaannya dalam bahasa Indonesia.

Tips untuk Penggunaan Kata Kerja Pasif:


Tips Penggunaan Kata Kerja Pasif

Untuk menggunakan kata kerja pasif secara tepat dan efektif, berikut beberapa tips yang dapat diperhatikan:

Tip 1: Perhatikan Jenis Kata Kerja Aktif
Dalam membentuk kata kerja pasif, jenis kata kerja aktif sangat menentukan imbuhan yang digunakan. Kata kerja aktif transitif menggunakan imbuhan -di-, kata kerja aktif yang menyatakan perbuatan sungguh-sungguh menggunakan imbuhan -diper-, dan kata kerja aktif intransitif menggunakan imbuhan -ter-. Dengan memahami jenis kata kerja aktif, pembentukan kata kerja pasif menjadi lebih tepat.

Tip 2: Gunakan Kata Kerja Pasif untuk Menekankan Objek
Kata kerja pasif sangat efektif digunakan ketika ingin menekankan objek yang dikenai tindakan. Dengan menggunakan kata kerja pasif, fokus kalimat dapat beralih pada objek tersebut, sehingga informasi yang disampaikan menjadi lebih jelas dan terarah.

Tip 3: Hindari Penggunaan Kata Kerja Pasif yang Berlebihan
Meskipun kata kerja pasif memiliki banyak manfaat, penggunaan yang berlebihan justru dapat membuat kalimat menjadi kaku dan berbelit-belit. Sebaiknya gunakan kata kerja pasif secukupnya dan sesuaikan dengan konteks kalimat.

Tip 4: Perhatikan Penggunaan Imbuhan -di- dan -ter-
Imbuhan -di- dan -ter- memiliki fungsi yang berbeda dalam pembentukan kata kerja pasif. Imbuhan -di- digunakan untuk kata kerja aktif transitif, sedangkan imbuhan -ter- digunakan untuk kata kerja aktif intransitif. Kesalahan dalam penggunaan imbuhan ini dapat mengubah makna kalimat secara keseluruhan.

Dengan memperhatikan tips-tips di atas, penggunaan kata kerja pasif dalam bahasa Indonesia dapat dilakukan dengan lebih tepat dan efektif, sehingga komunikasi yang dilakukan menjadi lebih jelas, informatif, dan sesuai dengan kaidah bahasa yang berlaku.

Dengan memahami penggunaan kata kerja pasif secara tepat, kita dapat memperkaya kosakata dan meningkatkan kemampuan berbahasa Indonesia kita secara keseluruhan.


Kesimpulan

Penggunaan kata kerja pasif dalam bahasa Indonesia merupakan aspek penting yang perlu dikuasai untuk berkomunikasi secara efektif dan sesuai dengan kaidah bahasa. Kata kerja pasif memiliki berbagai fungsi dan penggunaan yang luas, mulai dari menekankan objek hingga membuat kalimat lebih formal dan sopan.

Dengan memahami jenis-jenis kata kerja pasif, cara pembentukan, dan penggunaannya secara tepat, kita dapat memperkaya kosakata dan meningkatkan kemampuan berbahasa Indonesia kita secara keseluruhan. Penguasaan kata kerja pasif sangat penting dalam berbagai konteks, baik dalam penulisan maupun komunikasi lisan, sehingga menjadi bagian integral dari kompetensi berbahasa yang baik.

Artikel Terkait

Bagikan:

Artikel Terbaru